Sampah Jadi berkah

Bupati Mojokerto, Drs. H. Suwandi, MM
MENGUBAH SAMPAH JADI BERKAH

Sampah yang berjubel tentu membuat pening siapa saja. Bukan hanya
keberadaan yang mengganggu, namun bagaimana mengelola material yang satu ini sehingga tidak menimbulkan persoalan sosial, adalah sekelumit
persoalan yang sering kali dihadapi pemerintah daerah, khususnya di
kota-kota besar. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Pemda DKI Jakarta harus
berhadapan dengan masyarakat Bantargebang, Bekasi, yang menolak wilayah
mereka dijadikan tempat pembuangan akhir sampah. Atau kota Bandung yang
dihebohkan dengan menumpuknya sampah di sejumlah lokasi kota tersebut.
Namun dengan komitmen yang tinggi serta sedikit kreativitas,
persoalan sampah ini sebenarnya bisa ditangani dengan baik. Bahkan
sampah yang tadinya identik dengan sumpah serapah, bisa diubah menjadi
berkah.
Itulah yang dilakukan oleh Bupati Mojokerto Drs. H. Suwandi, MM. Pria yang lahir di Lumajang 17 November 1951 ini, melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengolah sampah di wilayahnya dengan tepat.
Ada dua kebijakan utama yang dilakukannya. Pertama mendidik
masyarakat agar sejak di rumah atau kantor mereka masing-masing sudah
memilah sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Kedua, membangun
tempat pembuangan akhir sampah yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sampah, tetapi juga menjadi wahana peternakan, pertanian,
rekreasi dan edukasi. Sambil tidak lupa melibatkan masyarakat sekitar
untuk ikut memanfaatkan sampah yang ada di situ.
“Pelibatan
masyarakat ini sangat penting agar mereka bisa merasakan dampak ekonomi
dari kehadiran TPA di situ,” ujarnya.
Memilah Sampah
Seperti sudah diungkapkan di atas, Bupati Mojokerto beserta stafnya,
terus memotivasi masyarakat agar sejak di rumah atau kantor mereka
masing-masing sudah memilah sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Untuk itu, di tempat-tempat umum seperti perkantoran, sekolah, pasar,
dan rumah sakit, Pemda menyediakan banyak kotak sampah terdiri atas
kotak sampah organik dan anorganik.
Kehadiran kotak-kotak sampah ini ternyata sangat membantu suksesnya
program pilah sampah dari hulu yang sudah dicanangkan oleh Pemda.
Dibarengi dengan penyuluhan dan himbauan yang dilakukan secara terus
menerus, lambat laun masyarakat Mojokerto mulai terbiasa memilah sampah
mereka sejak dari rumah mereka masing-masing.
TPA Mojosari
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kabupaten Mojokerto terdapat di
Desa Mojosari. Luas TPA ini sekitar 5 hektar. Bupati Suwandi beserta
stafnya melakukan inovasi yang cukup spektakuler ketika mendisain ulang
TPA ini. Selain dimanfaatkan sebagai tempat penampungan dan pengelolaan
sampah, di TPA ini juga dibangun peternakan hewan dan ikan. Hewan yang
diternakkan di TPA ini antara lain sapi, kambing, dan kelinci. Sedangkan ikan yang diternakkan antara lain ikan patin, lele, nila, dan tombro.
Juga ditanam Roseli Merah yang menjadi bahan dasar pembuatan sirup.
Bupati Suwandi tidak puas hanya sampai di situ. Di TPA ini juga
dibangun perpustakaan mini dengan sekitar 50 judul buku di dalamnya. Di
antaranya Kiat Beternak, Bertanam 30 jenis sayur, Budidaya sarang burung wallet, dsb.
Semua itu dilakukan Suwandi dengan satu tujuan, yaitu agar TPA ini
sekaligus menjadi wahana rekreasi masyarakat. “Makanya di situ kami
buatkan kolam ikan dan perpustakaan agar pelajar maupun masyarakat umum
mau berkunjung ke sini. Di sini mereka bisa membaca atau memancing ikan
di kolam.
Pengelolaan Sampah
Tapi bagaimana kalau TPA-nya sendiri bau dan menjijikkan akibat
banyaknya sampah yang menumpuk? Di TPA Mojosari, anda tidak akan pernah
mendapatkan pemandangan seperti itu. Sistem pengelolaan sampah di TPA
ini sudah dilakukan secara modern, sehingga meminimalisasi bau maupun
lalat yang sering mengganggu.
Singkatnya, untuk sampah anorganik, Pemda mempekerjakan sekitar 20
orang pemulung yang akan memilah sampah anorganik sesuai jenisnya.
Misalnya plastik dalam kelompok plastik, demikian pula dengan beling,
botol, dsb.
Untuk sampah organik, ada dua sistem yang digunakan. Yaitu
pengomposan dengan menggunakan silo dan pengomposan menggunakan cell
aktif. Pengomposan menggunakan silo ditujukan untuk sampah berupa
dedaunan kering. Sedangkan sampah berbentuk cair-padat seperti nasi,
daging, kuah, dan lain-lain, menggunakan teknologi cell aktif. Dua
sistem pengolahan sampah ini sangat membantu menghilangkan bau dan kesan jorok dari keberadaan sampah tersebut.
Ada lagi yang menarik, sampah berupa sayuran segar, sengaja tidak
diikutsertakan dalam proses pengomposan ini, karena digunakan sebagai
pakan ternak. Tidak heran sapi maupun kambing yang dipelihara di TPA
tersebut terlihat gemuk-gemuk.
Melihat kondisi TPA yang nyaman dan menarik itu, tidak heran banyak
masyarakat yang datang ke itu untuk berekreasi. Bahkan mereka juga tidak segan-segan untuk makan siang di TPA ini karena memang tak ada lagi bau yang mengganggu selera.
Anak-anak sekolah pun suka menimba ilmu di tempat ini, terutama
bagaimana caranya mengelola sampah dengan baik. Setiap bulan rata-rata
ada 19 kali kunjungan siswa ke lokasi ini.
Peduli Lingkungan
Ketika ditanya apa kiatnya hingga bisa menghasilkan masyarakat dan
TPA yang peduli kebersihan, Bupati Suwandi hanya berujar singkat, “Kalau setiap kita sudah peduli lingkungan, maka mengerjakan hal semacam ini
tidak sulit.”
Rasanya itulah jawaban yang paling tepat. Sebab, untuk mengelola
sampah, sesungguhnya sudah banyak teknologi dan kiat yang bisa
digunakan. Namun karena sering kali kita masih melihat lingkungan
sebagai urusan “orang lain” jadilah semua fasilitas yang ada itu menjadi tidak berdaya. Apa yang dilakukan Pemda Mojokerto ini mengajarkan
kepada kita bahwa mengelola sampah ternyata tidak sulit. Asal kita
memiliki niat dan komitmen untuk melakukannya.
Atas kerjanya kerasnya itu, belum lama ini Kabupaten Mojokerto
mendapatkan penghargaan Adipura sebagai salah satu kabupaten terbersih
di Indonesia. Selamat buat Bupati Suwandi beserta seluruh staf dan
masyarakat Mojokerto yang sudah tentu bahu membahu melakukan semua ini.

Sumber: http://www.biruvoic e.com/berita/ sosok/60- mengubah- sampah-jadi- berkah.html

Pemikiran tentang :

0 Tanggapan Teman ?:

Posting Komentar

Timeliness....

Search on blog

Translate

Forecast Weather

Rupiah Exchange Rates ( IDR )

Rush hour Blog

Fight To our Earth....Go green

Brighter Planet's 350 Challenge
NonCommercial,Nonprofit. Diberdayakan oleh Blogger.