Selasa, Maret 30, 2010 |
0
Tanggapan Teman ?
Peran Warga Diperlukan untuk Tangani Sampah Jakarta
Jakarta memerlukan peran serta warga untuk menangani sampah yang terus bertambah. Produksi sampah yang saat ini
mencapai 6.500 ton bakal melonjak menjadi 8.200 ton pada tahun 2025.
”Jika tidak dikelola dengan baik, sampah akan menjadi bencana bagi
lingkungan hidup. Apalagi, DKI tidak dapat mengandalkan sistem penanganan
konvensional yang ada saat ini,” kata Ubaidillah, Direktur Eksekutif Wahana
Lingkungan Hidup Jakarta, dalam Seminar Manajemen Sampah dan Lingkungan
Hidup DKI Jakarta, Kamis (11/3) di Jakarta Pusat.
Menurut Ubaidillah, kapasitas armada pengangkut sampah di Jakarta mulai
tidak seimbang dengan jumlah sampah yang meningkat lima persen setiap tahun.
Paradigma penanganan sampah yang hanya mementingkan pengangkutan dan
pembuangan harus diubah.
”Sampah harus dipandang sebagai sumber daya yang dapat diolah menjadi barang
bernilai ekonomi. Teknologi tinggi juga harus diterapkan untuk mengolah
sampah di tempat pembuangan akhir,” kata Ubaidillah.
Joni Tagor Harahap, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi
Lingkungan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta,
mengatakan, penanganan sampah di Jakarta akan efektif jika masyarakat
dilibatkan mengolah sampah sejak dari lingkungan mereka.
”Masyarakat harus diajari memilah sampah organik dan anorganik. Pemilahan
dapat ditindaklanjuti dengan pengolahan sesuai sifat sampah,” kata Joni.
Sampah organik dapat diolah menjadi kompos. Kompos itu dapat dijual dengan
harga mahal atau digunakan untuk memupuk taman mereka. Adapun sampah
anorganik dapat diolah menjadi berbagai peralatan harian.
Jika semua sampah organik dapat diolah warga menjadi sampah, produksi sampah
Jakarta akan berkurang sampai 52 persen. Pengurangan sampah sejumlah itu
sangat membantu pemerintah menangani sampah yang lain.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengatakan, pelibatan
masyarakat untuk turut mengolah sampah masih terkendala masalah sosialisasi
dan budaya. Banyak warga yang belum tahu cara mengumpulkan dan mengolah
sampah yang mereka hasilkan.
Di sisi lain, banyak juga warga yang masih enggan terlibat dalam proses
pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pendaurulangan
(recycle) sampah atau program 3R. Dari sekitar 2.500 RW yang ada di Jakarta,
baru 500 RW yang mengikuti program 3R.
Padahal, dengan jumlah terbatas, peran serta masyarakat sudah dapat
mengurangi produksi sampah sampai tujuh persen atau sekitar 455 ton per
hari.
Peneliti Indonesia Solid Waste Association, Sri Bebasari, mengatakan, peran
serta warga dalam program 3R harus diikuti peran serta perusahaan swasta.
Swasta yang kemasan produknya menjadi sampah harus dibebani kewajiban
membeli produk olahan dari sampah mereka.
Untuk mengolah sampah yang tidak dapat dimanfaatkan, kata Eko, pihaknya
menyiapkan tempat pengolahan sampah terpadu Ciangir yang dapat mengolah
sampah 3.000 ton menjadi listrik 25 megawatt. DKI juga menyiapkan
intermediate treatment facility (ITF) di Cakung-Cilincing untuk menampung
sampah 700 ton per hari dan ITF Marunda untuk menampung 1.000 ton per hari.
ITF menggunakan sistem pembakaran bersuhu tinggi guna membangkitkan listrik.
(ECA)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/12/03390928/peran.warga.diperlukan.untuk.tangani.sampah.jakarta
Pemikiran tentang :
Lingkungan hidup
0 Tanggapan Teman ?:
Posting Komentar