Indonesia BISA ???

Produsen oil and gas"Manusia Besi"
dari Daqing
Oleh A PONCO ANGGORO

Pemandangan yang tidak biasa terlihat saat memasuki kota Daqing
(baca: Taching), sebuah kota kecil di bagian utara China, tepatnya di Provinsi
Heilongjiang. Pipa-pipa minyak dan puluhan ribu sumur minyak terlihat ”hidup
berdampingan” dengan permukiman, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan.
Ada sedikitnya 70.000 sumur minyak di kota yang hanya memiliki luas 22,161
kilometer persegi atau separuh dari luas kota Cimahi di Indonesia. Sumur-sumur
itu berdekatan lokasinya. Ada yang hanya 3 meter jaraknya.
Pompa angguk mendominasi di sumur-sumur minyak tersebut, di samping sumur
pompa listrik dan sumur alami yang juga digunakan untuk menyedot minyak dari
perut bumi.

Pompa minyak yang mengangguk-angguk tanpa henti seakan menjadi penghias kota.
Apalagi semua sumur minyak terlihat bersih dan posisinya tersebar di taman kota,
sudut jalan raya, di dekat apartemen, bahkan di halaman mal.
”Penyekat minyak (oil seal) terjaga baik sehingga tidak terlihat ceceran
minyak,” tutur Rudi Rubiandini, ahli perminyakan dari Institut Teknologi
Bandung, yang bersama Kompas dan Badan Pengelola Minyak dan Gas diundang oleh
Petrochina ke Daqing, pertengahan Mei lalu.

Tiang setinggi sekitar 30 meter atau flare stack, alat untuk membakar gas
ikutan dari produksi minyak, dan kilang-kilang minyak yang tersebar di pinggiran
kota, seakan menjadi hiasan tambahan di kota tersebut.

Meskipun alat perminyakan tersebar di sudut-sudut kota, aktivitas 2,7 juta
warga Daqing berjalan seperti biasa. ”Kekhawatiran kecelakaan yang diakibatkan
alat-alat perminyakan memang ada. Namun, hal itu bisa dihilangkan karena kami
yakin kecelakaan itu dapat dicegah,” ujar Chen Jiu Xin (25), warga Daqing.
Keyakinan itu pula yang menjadi pendorong investor tidak ragu membangun pusat
perbelanjaan dan apartemen baru yang banyak terlihat di setiap sudut kota
Daqing. Tanpa keberadaan bangunan baru itu saja, gedung-gedung bertingkat di
kota ini sudah jauh lebih banyak daripada Surabaya, kota terbesar kedua di
Indonesia.

”Monitoring alat-alat perminyakan terus kami lakukan setiap hari. Jika
terjadi apa-apa, dalam waktu tidak sampai sepuluh menit tim kami sudah ada di
lokasi. Keselamatan warga menjadi prioritas,” kata Wakil Direktur Kementerian
Pemasaran Petrochina Daqing Oilfield Hou Yunfu meyakinkan keamanan alat-alat
perminyakan di Daqing.

Eksploitasi

Beroperasinya alat-alat perminyakan di sudut-sudut kota Daqing ini tidak bisa
dielakkan. Sejak eksploitasi tahun 1963 hingga sekarang, kontribusi minyak dari
Daqing sangat besar pada total produksi minyak China, atau mencapai 40 persen,
dan masih menjadi yang terbesar di China meski sekitar tahun 2000 mengalami
penurunan.
Sejak tahun 1970, produksi minyak Daqing sekitar 1,4 juta barrel per hari.
Namun, sejak tahun 2000, produksi minyak turun menjadi 1 juta barrel per
hari.

Dari ladang minyak Daqing ini pula China mampu memenuhi kebutuhan minyak
dalam negerinya sejak 1963 hingga 1993. Pada 1993, China terpaksa mengimpor
minyak seiring masifnya industrialisasi di China.
Meski pada akhirnya terpaksa mengimpor, stabilnya produksi minyak dalam waktu
sekian lama di Daqing dinilai sebagai pencapaian luar biasa.
Hou Yunfu mengatakan, keberhasilan itu bukan karena banyaknya teknologi baru
yang diterapkan, melainkan karena injeksi air yang tepat dan jumlahnya sesuai
dengan jumlah minyak yang terkandung di setiap lapisan.

”Sistem ini lebih efektif untuk meningkatkan recovery oil (mengangkat minyak
bumi lebih banyak dari perut bumi),” ujar Hou Yunfu. Jumlah recovery oil ini
bisa di atas 45 persen. Jumlah itu sekitar 15 persen lebih tinggi daripada
rata-rata tingkat recovery oil di Indonesia.

Cara injeksi air ini lebih diutamakan oleh Petrochina meskipun sekarang
perusahaan minyak itu sedang mencoba cara lain, seperti penggunaan polimer,
alkali, dan busa untuk meningkatkan recovery oil. Penggunaan bahan-bahan ini
diperkirakan mampu membuat recovery oil hingga 70 persen.
Recovery oil menjadi cara tersisa

untuk mempertahankan produksi minyak di Daqing saat ini. Pengeboran baru tidak
menjadi pilihan karena biaya yang dikeluarkan tidak lagi sebanding dengan minyak
yang diperoleh seiring terus menyusutnya cadangan minyak dalam tanah.
Rudi Rubiandini mengatakan, analisis data yang kuat, meskipun pengerjaannya
terbilang rumit dan butuh keuletan, menjadi kunci keberhasilan stabilnya
produksi minyak dan tingginya recovery oil. ”Ladang-ladang minyak di Indonesia
yang menurun produksi dan recovery oil- nya rendah bisa mencontoh yang berhasil
dilakukan China,” ujarnya.

Stabilkan produksi

Keberhasilan menstabilkan produksi di Daqing menjadi bukti pekerja tambang di
Daqing saat ini bisa meneruskan kerja keras yang dilakukan para pekerja tambang
di Daqing saat pengeboran pertama kali tahun 1960. Kerja keras untuk melepaskan
China dari krisis minyak. Saat itu minyak yang diproduksi di China hanya mampu
memenuhi 40 persen dari kebutuhan dalam negeri.
Ribuan pekerja tambang saat itu mampu menambang minyak di Daqing saat
keterbatasan modal, alat berat, suplai air, suhu udara yang dingin, dan minimnya
pengalaman menjadi kendala utama. Semua diatasi dengan modal utama,
semangat!

Ketiadaan mesin derek untuk mengangkut alat-alat pengeboran seberat lebih
dari 60 ton dapat mereka atasi dengan mengangkut bagian demi bagian alat
pengeboran itu dari kereta api ke lokasi pengeboran.
Ketiadaan saluran air, mereka atasi dengan mengangkut air dari kolam yang
tertutup es, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi pengeboran.
Semangat ini kian menguat tatkala mereka melihat Wang Jinxi berupaya
mengontrol blow out (minyak bertekanan tinggi dan tidak terkontrol dari dalam
sumur).

Dia masuk ke kolam lumpur pengeboran dan dengan tangan serta kakinya
mengarahkan semen bercampur tanah untuk menutup blow out. Dia mencegah blow out
meruntuhkan alat pengeboran setinggi 20 meter yang telah susah payah
dibangun.
Tindakannya ini menjadikan Wang Jinxi sebagai salah satu pahlawan di China.
Dia kemudian disebut manusia besi (iron man). Kisah perjuangannya diceritakan ke
seantero negeri. Film tentang perjuangannya dan manusia besi lainnya di Daqing
pun dibuat. Sampai sekarang, kisah perjuangan itu terus ”diwariskan” kepada
generasi muda China.

Tidak sampai akhir tahun 1960, pengeboran di Daqing telah membuahkan hasil.
Minyak dikirim ke sejumlah kota di China. Selang tiga tahun kemudian, atau tahun
1963, China sudah bisa memenuhi semua kebutuhan minyaknya akibat besarnya
pasokan minyak dari Daqing.

Keberhasilan dari generasi awal ”manusia besi” inilah yang kemudian disebut
”Semangat Daqing” yang terus memotivasi generasi manusia besi berikutnya.
Generasi penerus manusia besi tidak hanya mampu mempertahankan produksi
minyak Daqing untuk sekian lama, tetapi juga mampu memproduksi dan menjual
alat-alat untuk pengeboran ke luar China.

Perusahaan Powerlift, yang didirikan sejak 1981 sebagai contoh, sekarang
mampu memproduksi sekitar 5.000 pompa turbin dan pompa spiral setiap tahunnya.
Kedua pompa ini telah dijual dan digunakan di ladang minyak di Amerika Serikat, Sudan, Arab Saudi, bahkan di Indonesia.

Kedua jenis pompa produksi Powerlift yang

memiliki pabrik di Daqing dan Shanghai ini mampu bersaing dengan pompa sejenis
produksi perusahaan Reda dan Centrilift, dua perusahaan di AS yang selama ini
menguasai pasar penjualan pompa turbin dan pompa spiral.
”Perhatian yang besar pada produksi alat-alat pengeboran berkaca pada
menurunnya produksi minyak dalam negeri. Ini bisa menjadi industri
pengganti saat minyak tidak tersisa lagi di China,” ujar Asisten Presiden
Perusahaan Powerlift Yun Jingtao.

”Manusia-manusia besi” muda itu pula yang mampu membawa alat perminyakan
mereka beserta pengetahuan dan teknologi yang dimiliki untuk mengebor minyak di
negara lain tatkala kandungan minyak di China kian menipis. Petrochina, satu
dari tiga perusahaan minyak China, telah beroperasi di 26 negara, termasuk
Indonesia salah satunya. Semangat Daqing yang muncul 50 tahun yang lalu tetap
lestari hingga sekarang, mencetak ”manusia-manusia besi” baru di China. Adakah
”manusia besi” serupa muncul di Indonesia?
Sumber :
http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2010/06/25/ 03102948/ manusia.besi. dari.daqing

Pemikiran tentang :

0 Tanggapan Teman ?:

Posting Komentar

Timeliness....

Search on blog

Translate

Forecast Weather

Rupiah Exchange Rates ( IDR )

Rush hour Blog

Fight To our Earth....Go green

Brighter Planet's 350 Challenge
NonCommercial,Nonprofit. Diberdayakan oleh Blogger.