Sabtu, Juni 05, 2010 |
0
Tanggapan Teman ?
Keanekaragaman Hayati Modal Daya Saing
Alih Fungsi Hutan Penyebab Utama Kepunahan
Tingginya tingkat keanekaragaman hayati Indonesia merupakan modal peningkatan
kemandirian dan daya saing. Hal itu dinyatakan Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Umar Anggara Jenie pada peringatan hari
Keanekaragaman Hayati Internasional, Sabtu (22/5).
”Keanekaragaman hayati Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia. Indonesia memiliki
lebih dari 38.000 jenis tumbuhan, 55 persen di antaranya tumbuhan yang
hanya dapat ditemukan di Indonesia. Pada tiap 10.000 kilometer persegi
lahan di Jawa, terdapat 2.000–3.000 jenis tumbuhan. Pada tiap 10.000 km
persegi lahan di Kalimantan dan Papua terdapat lebih dari 5.000 jenis
tumbuhan,” kata Umar.
Keanekaragaman hayati itu, menurut Umar,
merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Alih-alih termanfaatkan
maksimal untuk penemuan obat atau pemuliaan benih dan penemuan
alternatif bahan pangan, keanekaragaman hayati tererosi dari waktu ke
waktu. Umar mengingatkan, Guinness Book of Record edisi 2008 mencatat,
Indonesia sebagai pemegang rekor deforestasi tertinggi di dunia.
”Antara tahun 2000 dan 2005, 1,8 juta hektar hutan hancur per tahun, setara 51
km persegi per hari,” ujarnya.
Jika dikonversikan, dalam satu
menit, luas hutan yang hancur setara dengan luas enam lapangan bola.
Dengan klaim pemerintah laju deforestasi berkurang menjadi 1,17 juta per hektar pada 2003–2006, tiap hari ada 32 kilometer persegi hutan hancur.
Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono mengatakan, penyebab utama erosi keanekaragaman
hayati Indonesia adalah alih fungsi hutan. ”Budidaya monokultur mengubah hutan yang berisi berbagai jenis tumbuhan menjadi hanya satu jenis.
Pemanfaatan lahan hutan untuk permukiman juga memusnahkan beragam jenis
tumbuhan dan satwa,” kata Siti.
Laju deforestasi tidak mampu
diimbangi para peneliti yang berupaya mengungkapkan manfaat berbagai
spesies tumbuhan dan hewan bagi kesejahteraan manusia. ”Banyak jenis
hayati yang masih di hutan belum diketahui manfaatnya. Namun, hutannya
telanjur beralih fungsi. Padahal, tumbuhan yang belum dikenali itu bisa
jadi merupakan sumber obat di masa depan. Sekali sebuah spesies punah,
tidak bisa dimunculkan kembali,” kata Siti.
Untuk memperingati
hari Keanekaragaman Hayati Internasional, 22 Mei 2010, LIPI dan
Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Bogor menanam 300 bibit 76 jenis
tanaman lokal Indonesia. Ketua panitia Mustaid Siregar menyatakan, pohon yang ditanam merupakan jenis pohon asal Kalimantan dan ditanam di
lokasi Ecopark Bioregion Kalimantan.
Kawasan Ecopark seluas 32
hektar dibagi menjadi tujuh kawasan bioregion-Sumatera, Kalimantan,
Jawa-Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Ketujuh bioregion ditanami lebih dari 11.000 pohon— 600 lebih jenis asli Indonesia.
Ecopark itu bagian dari Cibinong Science Center LIPI seluas 189,9
hektar. (ROW)
Pemikiran tentang :
Lingkungan hidup
0 Tanggapan Teman ?:
Posting Komentar