Kamis, Desember 10, 2009 |
0
Tanggapan Teman ?
Biofuel Sebagai Energi Bersih Itu Mitos
Palembang (*ANTARA News)* - Program biofuel sebagai energi bersih merupakan
mitos dan hanya untuk mendorong peningkatan ekspansi perkebunan kelapa
sawit.
Hal itu diungkapkan Julian Junaidi, akademisi Universitas Sriwijaya (Unsri)
di Palembang, Senin, pada acara diskusi tentang biofuel yang diselenggarakan
oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Selatan (Sumsel).
Menurut dia, pembakaran energi biofuel 10 kali lipat dibandingkan pembakaran
energi fosil. "Premium 1 ton menimbulkan CO2 (karbon dioksida) pada atmosfir
sebesar 3,1 ton, sedangkan proses pembuatan 1 ton biofuel dapat menghasilkan
33 ton C02, " papar dia.
Ia mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa dampak yang dikeluarkan dari proses
pembuatan biofuel sangat besar terhadap pemanasan global.
"Memang biofuel tidak menimbulkan pembakaran karbon yang dapat merusak
lingkungan, akan tetapi prosesnya dapat berakibat besar terhadap kerusakan
lingkungan," katanya.
Selanjutnya dia mengatakan, program pengembangan biofuel, selain berdampak
negatif terhadap lingkungan, juga menimbulkan konflik lahan pada masyarakat.
"Sudah ratusan konflik akibat dari ekspansi lahan perkebunan sawit, karena
lahan digunakan yang benar-benar bukan lahan kosong, melainkan lahan telah
digarap oleh masyarakat, "ujar dia.
"Kelapa sawit bukan energi terbarukan. Harga yang harus dibayar untuk sebuah
energi berkelanjutan dari sawit teramat mahal. Jutaan hektare hutan dibabat
kemudian menciptakan bencana ekologi dimana masyarakat untuk hidup secara
normal telah gagal akibat peristiwa kemalangan luarbiasa, baik karena
peristiwa alam ataupun perbuatan manusia," kata dia.
Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat mengatakan, program biofuel telah
mendorong meningkatkan ekspansi perkebunan kelapa sawit secara
besar-besaran.
Menurut dia, kelapa sawit tidak hanya dijadikan pemasok kebutuhan untuk
industri pangan (minyak sayur), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar mesin industri dan transportasi.
Ia mengungkapkan, dampak dari ekspansi perkebunan kelapa sawit telah
menyebabkan kerusakan lingkungan, rusaknya hutan-hutan rakyat, hutan lindung
dataran rendah di Sumatra dan hutan serta taman nasional.
"Selain itu program ini juga telah meningkatkan potensi konflik sosial.
Berdasarkan catatan Sawit Watch tahun 2003 menerangkan bahwa konflik sosial
berjumlah 140, akan tetapi di tahun 2007 meningkat hampir empat kali lipat
yaitu tercatat 513 konflik sosial yang langsung bersentuhan dengan
perkebunan besar kelapa sawit, "kata dia.
Ia menyebutkan hal tersebut sebagai bencana pembangunan yang didefinisikan
sebagai faktor krisis lingkungan akibat pembangunan dan gejala alam itu
sendiri, diperburuk dengan perusakan sumberdaya alam dan lingkungan serta
ketidakadilan dalam kebijakan pembangunan sosial.
"Bencana seperti banjir, kekeringan dan longsor sering dianggap sebagai
bencana alam dan juga takdir. Padahal fenomena tersebut, lebih sering
terjadi karena salah urus lingkungan dan aset alam yang terjadi secara
akumulatif dan terus-menerus, " kata dia lagi.
sumber:
http://www.antarane ws.com/berita/ 1260204568/ biofuel-sebagai- energi-bersih- itu-mitos
Pemikiran tentang :
Pengetahuan Umum
0 Tanggapan Teman ?:
Posting Komentar