Jumat, Januari 15, 2016 |
0
Tanggapan Teman ?
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh : Arif Eka Rahmanto
Geofisika
Exploration merupakan bagian dari kegiatan hulu MIGAS. Sebagai salah satu
methode untuk mencari daerah daerah yang di indikasikan terkandung Hidrocarbon.
Dalam perkembangannya pengaplikasian method ini tidak terbatas pada dunia
MIGAS. Akan tetapi berkembang menjadi berbagai macam tujuan dan kegunaan.
Didalam Industri
MIGAS banyak sekali applikasi method yang dipergunakan dalam menemukan cadangan
Hydrocarbon. Pemilihan method ini sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1.
Keekonomian;
2.
Akurasi data yang dihasilkan;
3.
Lama Waktu;
4.
Tujuan Study atau data.
Dari
keempat hal tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
menemukan cadangan MIGAS yang diharapkan.
Beberapa
dekade pemerintah Indonesia sedang sangat concern
untuk penemuan cadangan baru untuk memenuhi pasokan dalam negeri yang semakin
menurun. Sehingga sebagai pelaku
dibidang MIGAS industri hendaknya kita tetap mengikuti perkembangan keilmuan
dibidang exploration khususnya geophysica.
Peran
Geofisika menjadi salah satu bagian penting dalam proses tersebut, sehingga
diharapkan geophysicist ( Seorang ahli geofisika) dapat menghasilkan sesuatu
yang dapat menujang peningkatan kualitas serta kuantitas sumber daya alam
khususnya dibidang MIGAS.
Terdapat
8 methode secara umum dalam geofisika, pada bahasan kali ini hanya membahas
beberapa method yang sangat sering digunakan dalam industry MIGAS khususnya di
Indonesia.
Serta
kaitan method tersebut untuk melakukan tahapan - tahapan investigasi atau
petroleum study yang berkesinambungan. Sehingga harapan kedepan sebagai seorang
tenaga ahli akan dapat menemukan terobosan serta pemikiran baru untuk
kelangsungan industry MIGAS itu sendiri.
BAB
II
DASAR
TEORI
2. 1 Geofisika
Geofisika memiliki beberapa definisi beberapa
diantaranya adalah :
Ilmu
yang menggunakan metode fisika untuk mempelajari bumi (isi dan lingkungan bumi
serta interaksinya, baik kondisi static dan dinamiknya)(sismanto n.d.)
“The science of geophysics applies the
principles of physics to the study of the Earth.Geophysical investigations of
the interior of the Earth involve taking measurements at or near the Earth’s
surface that are influenced by the internal distribution of physical
properties.Analysis of these measurements can reveal how the physical properties
of the Earth’s interior vary vertically and laterally” (Kearey and Michael Brooks 2002).
Geofisika merupakan paduan antara
ilmu geologi dan ilmu fisika,geofisika mencoba mengkaji yang belum terungkap dari
keterbatasan pengamatan langsung geologi dengan cara mengukur dan mengenal
sifat-sifat fisika dengan instrumen tertentu(Yusuf 2012).
Sehingga
definisi secara umum adalah geofisika merupakan salah satu cabang dari ilmu
geology yang memadukan beberpa keilmuan diataranya ilmu Fisika dan Geologi itu
sendiri. Lalu terkait keilmuan tersebut maka explorasi geofisika sendiri
memiliki satu tujuan utama yaitu : “Tujuan
utama dari kegiatan eksplorasi geofisika adalah untuk membuat model bawah
permukaan bumi dengan mengandalkan data lapangan yang diukur bisa pada permukaan
bumi atau di bawah permukaan bumi atau bisa juga di atas permukaan bumi dari
ketinggian tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, idealnya kegiatan survey atau
pengukuran harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan terintegrasi
menggunakan sejumlah ragam metode geofisika”(Supriyanto
2007).
Peranan
Geofisika dalam tahapan tahapan investigasi petroleoum sangat besar, terutama
pada fase explorasi dan produksi yanag berkesinambungan. Untuk itu beberapa
method yang akan di jabarkan pada subbab tulisan makalah ini.
2.2 Methode Geofisika
Beberapa
method geofisika yang secara umum sering digunakan untuk mendapatkan data yang
diinginkan. Dapat
kita gambarkan bahwasanya saat ini method yang digunakan dalam explorasi Sumber
daya alam atau pun kegiatan lain yang membutuhkan data tersebut terbagi menjadi
8 macam method yaitu :
1. Seismic;
2. Gravity;
3. Magnetic;
4. Electrical
resistivity;
5. Induced
Polarization;
6. Self-Pontential;
7. Electromagnetic;
8. Radar.
1. Untuk
Explorasi MIGAS
2. Untuk
Explorasi Metal Mineral Deposit;
3. Untuk
Bulk Mineral deposits;
4. Untuk
Explorasi Underground water supplies;
5. Untuk
Enginering construction;
6. Untuk
Study Archeologycal investigatio
1. Seismic
2. Gravity
3. Magnetic
4. Electromagnetic
Dari methode
tersebut yang kita dapat pilih masing masing method memiliki perbandingan
kelemahan serta kekurangan. Hal tersebut sangat bergantung dengan kegunaan data
yang kita inginkan serta tingkat akurasinya.
2.3
Geophysical Data Processing
Dalam Geofisika
pengumpulan data di lapangan atau data observasi sangatlah penting. Data
lapangan / observasi tersebut tidak hanya mengenai sifat fisik akan tetapi
sifat geometry batuan tersebut. Penggabungan dari dua data tersebut yaitu data
fisik batuan dan data geometry lazim kita sebut sebagai model matematika,
dikarenakan data tersebut berupa table angka serta persamaan dan rumus rumus
terkait dalam observasi yang kita lakukan.
Menurut (Supriyanto
2007) “Maka dengan berdasarkan model matematika itulah, kita bisa
mengekstrak parameter fisis batuan dari data observasi. Proses ini disebut
proses inversi atau istilah asingnya disebut inverse modelling”. Dengan kata lain “Proses inversi adalah suatu
proses pengolahan data lapangan yang melibatkan teknik penyelesaian matematika
dan statistik untuk mendapatkan informasi yang berguna mengenai distribusi
sifat fisis bawah permukaan”(Supriyanto 2007).
“Sementara proses kebalikannya dimana kita
ingin memperoleh data prediksi hasil pengukuran berdasarkan parameter fisis yang
sudah diketahui, maka proses ini disebut proses forward atau forward modeling”(Supriyanto 2007).
Sedangkan inverses method lebih memakan waktu agak
panjang di karenakan proses penghitungan matematika sebagian besar dilakukan di
lapangan secara manual tanpa bantuan model parameter akan tetapi data yang
didapatkan lebih real time.
pengumpulan data pada geofisika explorasi dapat terbagi menjadi 2 bagian
yaitu data lapangan dan data laboratorium. Dimana kedua data tersebut sangat
berperan untuk menentukan akurasi data yang diinginkan.
Oleh Karna itu
proses pengolahan data geofisika dapat kita kelompokan menjadi :
1.
Proses Digitalisasi
adalah suatu
proses merubah data lapangan kedalam bentuk digital dengan methode inverses ataupun forward. “Waveforms of
geophysical interest are generally continuous (analogue) functions of time or
distance.To apply the power of digital computers to the task of analysis,the
data need to be expressed in digital form, whatever the form in which they were
originally recorded”(Kearey and Michael
Brooks 2002).
2.
Spectral Analysis atau Spectrum analysis
Menurut (Peterson 2014) Spectrum/ Spectral adalah : “An array of sine waves of differing
frequencies and amplitudes and properly related with respect to phase that,
taken as a whole, constitute a particular time-domain signal”.
Gelombang
ferkuensi sinus dan amplitude berkaitan dengan fase yang berbeda, akan tetapi
secara keseluruhan merupakan sinyal waktu domain tertentu. Kita membutuhkan
sebuah alat yang dapat menerjemahkan
atau memproses data spectrum tersebu disebut “Spectrum Analyzer”
“Spectrum
analyzer: A device that effectively performs a Fourier transform and displays
the individual spectral components (sine waves) that constitute a time-domain
signal. Phase may or may not be preserved, depending upon the analyzer type and
design”.(Peterson 2014)
Akan tetapi Spectrum analisis sangat tergantung
besar kecilnya “noise” gangguan pada
saat data di proses. Semakin besar noise maka akan semakin mengurangi tingkat
akurasi data tersebut.
3. Wave Processing
Pada prinsipnya menggunakan
konvolusi dan dekonvolusi, serta beberapa korelasi membentuk dasar umum bagi
banyak methode pengolahan data geofisika. Menurut pendapat beberapa ahli
mengenai konvolusi dan dekonvolusi
Convolution
( (Kearey and Michael Brooks 2002);Kanasewich
1981) “is a mathematical operation defining the change of shape of a waveform
resulting from its passage through a filter”
Deconvolution
or inverse filtering ( (Kearey and Michael Brooks
2002);Kanasewich 1981) is a process that counteracts a previous
convolution (or filtering) action. Berdasarkan pendapat
diatas maka deconvolution dapat juga
sebagai filter dari convolution.
Sedangkan Cross
Correlation adalah “Cross-correlationof
two digital waveforms involves crossmultiplication of the individual waveform
elements and summation of the cross-multiplication products over the common
time interval of the waveforms”(Kearey and
Michael Brooks 2002).
4.
Permodelan
Setelah
semua proses data sudah lengkap maka terakhir adalah proses modeling atau
permodelan. Banyak sekali permodelan dalam geophysica terdiri dari 2-dimensi,
3-dimensi, yang terbaru adalah 4-dimensi. Permodelan ini sangat bergantung pada
data, akurasi serta method yang kita gunakan untuk memprosesnya.
Permodelan
geofisika secara garis besar semua data hasil geofisika dapat kita umpamakan
seperti “tomography” yaitu “The word
tomography comes from the Greek tomos meaning section or slice”(Scales and MArtin L. Smith 2001). Sehingga tomography model dapat dikatakan
sebagai permodelan yang berasal dari beberapa proses data dan membentuk
potongan potongan yang bersatu membentuk sebuah model grafik 2 Dimensi, 3
dimensi atau bahkan 4 Dimensi.
BAB III
SEISMIC
3.1
Pengertian Seismic
“Merupakan salah
satu metode eksplorasi hidrokarbon yang didasarkan pada pengukuran gelombang
reaksi balik suara yang sengaja dikirim ke bawah permukaan tanah. Sumber suara
bisa berasal dari palu besar (sledgehammer), getaran (vibration) yang berasal
dari kendaraan khusus, atau ledakan dinamit”(Yusuf
2012).
Seismic dapat
menghasilkan data cukup akurat. Sehinga method ini dapat digunakan di MIGAS
industri. Dalam permodelan data seismic
dapat menghasilkan variasi model resevoar 2 D, 3 D, 4D tergantung dari resevoar
properties yang kita miliki.
Dalam melakukan
proses resources play sering kali
seismic digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan yang sangat baik untuk
resevoar team dalam memtuskan cadangan untuk memasuki tahapan petroleoum
investigasi proses Lead – Prospect.
Secara umum
sumber seismic dapat di kelompokan menjadi 2 macam yaitu : Terjadi secara alami
dan buatan.
3.2
Tiori dan Mekanisme Kerja Seismic
Seismic suvey
secara dasar adalah menggunakan vibrasi atau pantual akustic (nada atau Sonar)
sehingga ketika mengenai batuan dan kembali ditangkap dengan alat penerima maka
dapat menghasilkan data yang di inginkan.
Dengan kata lain
seismic menghitung percepatan velocity dari rambatan akustic yang di pancarkan
dari sumber lalu diterima di alat penerima,
“Two Way Travel Time” (TWT)
”The formal solution of this physical problem
was derived early in the 20th century,and the resulting equations are named the
Zoeppritz equations (Zoeppritz 1919; and for explanation of derivations see
Sheriff & Geldart 1982)”source ;(Kearey
and Michael Brooks 2002).
“it
is possible to estimate the reflection coefficient from velocity information
alone (Gardner et al.1974,Meckel & Nath 1977):beR =0.625ln (v1/ v2 )”
Source (Kearey and Michael Brooks 2002)
Dari proses
pengolahan data menggunkan data inverses atau data spectrumserta mengurangi noise yang ada pada waktu data terekam,
maka dapat dihasilkan model seismic dengan 2 Dimensi seperti
Setiap data
seismic memiliki 3 geometrycal factor yaitu :
1. Factor
alam
2. Posisi
dari shot point dan receive point
3. Subsurface reflection
atau pantulan dibawah permukaan.
Hal tersebut didasari oleh tiory dari (Kearey and Michael Brooks 2002)“Each
seismic trace has three primary geometrical factors which determine its
nature.Two of these are the shot position and the receiver position.The third,
and perhaps most critical, is the position of the subsurface reflection point”.
Selain dari ketiga hal diatas Noise atau gangguan pada signal sangat
berpengaruh juga dalam menentukan kualitas data seismic sehingga menjadi
concern tersendiri dalam filtering data
Hasil akhir pada
display dapat ditampilkan apakah sudah memenuhi persyaratan petroleoum system secara 2 Dimensi yang telah di filtering.
Seismic juga
dapat menghasikan 3 Dimensi menambahkan parameter volume data dengan sehingga
kita dapat mengetahui migrasi fluida dan juga OWC ( Oil Water Contac)
Menurut (Kearey and Michael Brooks 2002) :
“The
product of three-dimensional seismic surveying is a volume of data (Fig. 4.38,
Plate 4.1) representing reflection coverage from an area of each subsurface
reflector. From this reflection data volume, conventional two-dimensional seismic
sections may be constructed not only along the actual shot lines and recording
lines employed but also along any other vertical slice through the data volume.
Hence, seismic sections may be simulated for any azimuth across the survey area
by taking a vertical slice through the data volume,and this enables optimal
two-dimensional representation of any recorded structural features”.
“The manipulation of data volumes
obtained from three Seismic dimensional surveys is carried out at computer work
stations using software routines that enable seismic sections and time slices
to be displayed as required. Automatic event picking and contouring are also
facilitated (Brown 1986)” Source ;(Kearey and Michael Brooks 2002).
“In general, the seismic tool is
useful in a time-lapse mode as a check on the validity of the assumptions in a
reservoir simulation of fluid flow. Because seismic monitoring is more
spatially specific than pressure monitoring, estimation and extraction of
reserves can be optimized over time by using the seismic to guide detailed simulations
of depletion and to resolve contradictions between the seismic and the
reservoir model. In general, the incorporation of time-lapse seismic results
prompt model updates that usually improve production history matches”(Chief Geophysicist forum 2011).
Dengan
proses computer secara otomatis dapat memproses data yang di inginkan kedalam 3
dimensi dengan menambahkan vertical
sliceby slice sehingga dapat didapatkan volume. Bahkan bukan tidak mungkin
dapat menghasilkan 4 Dimensi permodelan.
mekanisme permodelan 3
dimensi dalam mendapatkan Volume dimensi dengan menambahkan extension random
section, recording line serta
beberapa parameter berdasarkan horizontal
line yaitu time slice
BAB IV
GRAVITY
4.1 Pengertian Gravity
Secara umum definisi
dari gravity adalah suatu fenomena alam yang berhubungan dengan massa dan gaya
tarik bumi. “is a natural
phenomenon by which all things with mass are brought towards (or 'gravitate' towards) one
another including stars, planets, galaxies and even light and sub-atomic
particles”(Wikipedia
2015)
Sedangkan methode survey gravity pada
geofisika adalah suatu aktifitas pengambilan atau pengukuran data terhadap
anomaly densitas/ massa yang terjadi, pada satu atau lebih titik survey,
sehingga semua hasil pengukuran akan menujukan suatu permodelan yang
diinginkan.
“Gravity Survey - Measurements of the
gravitational field at a series of different locations over an area of
interest. The objective in exploration work is to associate variations with
differences in the distribution of densities and hence rock types.(Definition
from the Encyclopedic Dictionary of Exploration Geophysics by R. E. Sheriff,
published by the Society of Exploration Geophysics“(Carigali 2004)
4.2 Tiori dan Mekanisme
Kerja Gravity
Dasar pengukur dari gravity, dapat di kelommpokan menjadi 3 dasar
pengukuran secara umum :
1.
Falling Body Measurement;
2.
Pendulum Measurements;
3.
Mass On Spring Measurement.
Parameter yang digunakan dasar pengukuran ini adalah waktu, g
(gravitasi), Jarak, Massa lalu dengan penambahan konstanta terkait dengan
applikasi dari pengukuran tersebut.
Secara umum methode gravity menggunakan rumus dasar dari hukum
Newton. gambaran umumGravity Methode pengaruh gravitasi fenomena dengan anomali (perbedaan/deviasi dari keadaan
standart/normal) yang terjadi dengan asumsi gravitasi rata 9.81 m/
. Terlihat perbedaan dari Geoid (
garis pantai) dengan anomali yang terjadi sebagai effect dari perputaran bumi
atau gaya tarik bumi pada suatu tempat tertentu.
Maka menurut (Foulger and Peirce n.d.) hubungan densitas dengan rotasi bumi
adalah : “The Earth is inhomogeneous and
it rotates. Rotation causes the Earth to be an oblate spheroid with an
eccentricity 1/298. The polar radius of the Earth is ~ 20 km less than the
equatorial radius, which means that g is ~ 0.4% less at equator than pole. At
the equator, g is ~ 5300 mGal (milliGals), and a person would weigh ~ 1 lb less
than at the pole”.
Dalam
pengukuran gravity survey unit satuan yang digunakan adalah :
“Galileo”
atau GAL yaitu : 1 Gal (after Galileo) = 1 cm s-2, dengan demikian g (pada saat
di permukaan bumi adalah
Gals. Untuk anomali secara umum dapat di ukur
dengan unit miliGal. 1mGal =
Gals =
m
. Oleh karna itu menurut (Carigali 2004) mGal gravitay survey terhadap
gravitasi bumi adalah : “the earth's
gravitational acceleration is ~ 9.8 m/s2 or equivalently ~980,000 mgal.”
Untuk mendapatkan parameter dari
gravity secara umum dapat menggunakan alat Gravimeter.
“Gravity
meters, usually called gravimeters, are sensitive to 0.01 mGal =
of
the Earth’s total value”(Foulger and Peirce
n.d.)
Seiring perkembangan zaman dan
kemajuan technology maka banyak sekali improvement
terhadap gravitymeter terutama untuk mendapatkan hasil yang baik serta calibration alat yang precise. Akan sangat mempengaruhi
pengolahan data.
4.2.1
Pengelompokan pengukuran Gravity
Pengukuran gravity menurut kondisi
daerah dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu:
Ø Pengukuran yang dilakukan di darat
a.
Pengukuran
yang dilakukan di permukaan Bumi
Pengukuran
ini memiliki precision sekitar 0,010
mGal, membutuhkan skill serta handling yang baik terhadap penggunaan alat
gravimeter tersebut. Utuk gravimeter yang digunakan terdapat 2 type, yaitu :
1.
Stable gravimeter : menggunakan perinsip keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan massa. Memiliki persamaan rumus :
F=
k(x−xo)= mg
Xo =
Panjang pegas tanpa beban
X =
Panjang pegas dengan beban
K =
Konstanta gaya pegas
Berdasarkan persamaan tersebut dapat
di applikasikan pada absolute gravimeter.
Pada
gambar 4.25 merupakan basic skematik dari absolute
gravimeter, untuk handling alat tersebut memang membutuhkan perhatian yang
lebih khusus, di karenakan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Terlebih lagi
pada interior didalam alat tersebut terutama pada coil sebagai alat pengukur anomali
density, Untuk menyetabilkan alat ini dibutuhkan tripod pada sekitar casing
alat pengukur
2.
Unstable
Gravimetri
: proses pengambilan pegukuran data dengan menggunakan system mekanikal dengan
meningkatkan g (gaya gravitasi) gaya tersebut menyebabkan perpanjangan pada
pegas, akan tetapi expansi atau peningkatan gaya tersebut berasal dari
mekanikal geometry.
terdapat 2 macam alat gravimeter yang stabil platform dengan presicion 10 microgallileo atau 0,010
mGal.
Pada
dasarnya skematic dari kedua alat diatas memeiliki persamaan, yang membedakan
hanya tingkat akurasi dan proses pengambilan data, yakni dilakukan secara
manual atau dengan computasi atau dengan bantuan computer on site.
2
Di Dalam sumur atau subsurface gravity
Pengukuran yang
dilakukan didalam sumur, pengukuran gravity didalam sumur pertama kali
dilakukan pada tahun 1960’s. Pada
pengukuran ini memiliki akurasu sekitar 0,010mGal yang sangat berpengaruh pada
pengukuran ini adalah gradient temperature di bawah permukaan bumi. Beberapa
alat bore hole gravity dapat bekerja pada temperature 101°C.
§ Pengukuran
gravity dengan Platform khusus
1.
Survey Di laut
Terdapat
2 methode untuk pegukuran gravity dilaut :
a.
Dengan menurunkan alat pengukur kedasar lautan
( akurasi -0,10 mGal)
b.
Alat pengukur ada diatas kapal ( akurasi
– 0,2mGal)
Untuk
point a sudah jarang digunakan karena sangat mahal dan juga untuk pengolahan
datanya memang banyak sekali factor kallibrasi. Yang sering digunakan adalah
pada poin b
Gambar
4.28 terlihat gravimeter dynamic yang sering digunakan untuk pengukuran gravity
di laut ataupun udara, Dengan akurasi – 1 sampai 5 mGal. Cukup memakan banyak
ruang untuk peralatanya sendiri. Akan tetapi cakupan area pengukuran lebih
besar.
2.
Survey di udara (airbone survey)
Pengukuran
gravity dengan menggunakan bantuan pesawat, balon udara, ataupun model
transportasi yang dapat di operasikan di udara terbuka. Tingakat akurasi
1-5mGal. Dengan bantuan GPS ( Global
Positioning System) area cakupan survey dapat dilakukan dengan sangat
cepat, dapat menjadi salah satu method survey secara regional.
Akan tetapi
untuk presicion dari data yang dihasilkan harus di confirmasi dengan data
pengukuran di darat.
3. Pengukuran
di ruang angkasa ( Spaces measurements)
Pengukuran ini
mengunakan stelite, pengukuran yang dilakukan dari ruang angkas terhadap
permukaan bumi dengan mengukur juga variasi ketinggian satelit diatas permukaan
laut, atau disebut juga radar altimetry yaitu “Determining the gravity field of the Earth from space involves measuring
the height of a satellite above sea level”(Foulger
and Peirce n.d.)
Satelite
yang biasa digunakan untuk pengukuran ini sejak tahun 1978 adalah “Skylab (which currently has “mission
completed” status), GEOS3, SEASAT, Geosat, ERS1 and ERS2”(Foulger and Peirce n.d.)
Diantara satellite tersebut yang paling baik
menghasilkan data adalah SEASAT. Rata
ketinggian orbit dari satellite tersebut adalah 800 Km, melakukan 14
kali putaran/hari dan mencovere 95 % permukaan bumi.
4.2.2
Pengolahan
data pada gravity ( Gravity Reduction)
Sebelum
dilakukanya proses pengambilan data dilapangan perlu dilakukan calibration atau
koreksi dengan berbagai variasi di permukaan bumi. Menurut (Kearey and Michael Brooks 2002) “Before the results of a gravity survey can
be interpreted it is necessary to correct for all variations in the Earth’s
gravitational field which do not result from the differences of density in the
underlying rocks”
Terdapat
2 faktor utama dalam koreksi dan calibration data pada gravity, yaitu :
ü Temporal
Variasi adalah Variasi/ anomali data yang disebabkan keadaan lingkungan atau
lat.
a)
Intrument
driftadalah anomali pada alat yang terjadi karena kondisi
alat tersebut, umur alat, perwatan alat dsb.
b)
Tidal
affect adalah anomali pada data yang terjadi akibat oleh
alam yaitu, gaya tarik matahari/ bulan.
ü Spatial
Variasin adalah anomali / variasi dikarenakan perubahan tempat / posisi pada
titik pengukuran.
a)
Latitude Variasi ( Ketinggian);
b)
Elevation Variasi;
c) Slab EffectPerbedaan
yang terjadi akibat perubahan ketinggian dengan Geoid ( Elevation & datum);
d) Topographic Effect, Sepertiadanya
lembahan atau kondisi bentuk penammpang pada titik pengambilan data.
Dari
penjabaran 2 poin diatas maka secara umum proses koreksi memiliki beberpa type
koreksi data dalam pengolahan data menurut (Carigali
2004) dan(Foulger and Peirce n.d.)
:
a)
Observed
Gravity (gobs) Yaitu pembacaan data operator yang telah
di koreksi dengan data instrument drift dan pasang surut air laut.;
b)
Latitude
Correction (gn)Yaitu proses turunan dari gobs, untuk
mendapatkan data ketinggian.Dapat dirumuskan
:
gn
= 978031.85 (1.0 + 0.005278895 sin2(lat) + 0.000023462 sin4(lat)) (mgal)
Lat
= Lattitude
c)
Free
Air Corrected Gravity (gfa) yaitu proses perubahan keadaan udara ketika terjadi
perubahan ketinggian, dapat dirumuskan;
gfa = gobs - gn+ 0.3086h (mgal)
h
= ketinggian
(meter)
d) Bouguer
Slab Corrected Gravity (gb) yaitu koreksi data yang dilakukan terhadap massa di
bawah point atau titik pengukuran dengan menggunakan data ketinggian dan Datum
( geoid)
GB =
gobs - gn + 0.3086h - 0.04193r h (mgal)
r
= Rata rata densitas batuan yang berada pada titik pengukuran
e) Terrain Corrected Bouguer Gravity
(gt)
yaitu koreksi yang dilakukan sebagai
akibat perubahan pada daerah topographi titik pengukuran seperti lembahan.
Dapat dirumuskan
gt =
gobs - gn + 0.3086h - 0.04193r h + TC (mgal)
TC
= nilai yang didapatdari computasi topographi
f)
Tidal
correction Yaitu “koreksi yang dilakukan
terhadap pasang surut air laut, biasanya koreksi ini berpengaruh pada data
sekitar – 0.3 mGal”(Foulger and Peirce
n.d.).Untuk
rumus umum yang digunakan menurut(Francist n.d.) :
gst= gs + t
gst= gravitasi terkoreksi pasang surut (tidal)
gs= gravitasi pada pebacaan alat
t= nilai terkoreksi pasang surut (tidal)
g)
Rock
density(Foulger and Peirce n.d.)Koreksi
yang dilakukan terhadap berat batuan rata rata pada titik pengukuran.
h)
Isostatic
Anomali (Foulger and Peirce n.d.) Yaitu koreksi
yang dilakukan terhadap geological effect
low density dari lapisan sepertiAfrican Rift, ocean ridges, tektonik plate
Isostatic anomaly = Bouguer anomaly - predicted effect of the root
–ve
isostatic anomaly = unexpected mass deficiency (i.e., too much root)
+ve
isostatic anomaly = insufficient root
Untuk tambahan data koreksi seperti yang dijelaskan
sebelumnya pada poin “g”,yang mempengaruhi proses data gravity adalahrock density. Dengan mengetahui rata
rata density batuan maka kita juga
dapat menginterprestasikan batuan yang terdapat di bawah lapisan dengan
mengetahui nilai density masing
masing jenis batuan.
Pada
gambar 4.34 sangat jelas terlihat rata rata density batuan adalah 1,5 – 3.2
g/cc, terbagi menjadi beberpa type batuan seperti : Unconsolide, Sediment, Igneous, metamorphic,mineral ores yang lain
seperti minyak 0,6 – 0,9 Mg/
, air 1.0 -1.05 Mg/
Dari
poin poin diatas masih banyak lagi beberapa method dan koreksi yang dilakukan
untuk menunjang akurasi data yang di hasilkan. Sedangkan pada proses
pengambilan data lapangan seccara umum
sesuai dengan prosedure, Terdapat 3
proses pengambilan data :
1. Pengukuran
berdasarkan station / titik ukur;
2. Pengukuran
berdasarkan lebih dari satu station/ titik ukur;
3. Melakukan
pengukuran kembali tiap station / titik ukur kurang lebih setiap 2 jam atau
lebih tergantung data yang ingin didapatkan
4.2.3
Proses
prosedurPengukuran Gravity SecaraUmum
Berdasarkan procedure yang biasanya sering
digunakan secara umum yaitu :
1.
Penentuan tujuan, maksud area dari dilakukanya gravity;
2.
Tingkat akurasi yang diinginkan,
tergantung data yang diharapkan;
3.
Mencari / Mengkalibrasi data “correction
data”;
a.
Temporal
b.
Spatial
4.
Melakukan pengambilan data lapangan
berdasarkan rencana yang telah dibuat;
5.
Mengolah data (Gravity bouger Anomali);
6.
Mendapatkan analisa Spectrum;
7. Filtering & Horizontal Gradient;
a. Regional Anomali
b. Depth of mantel
c. Deconvolution
d. Residual anomali
8. Density Distribution;
9. Basin configuration;
10. Modeling.
4.2.4
Permodelan Pada Gravity
Setelah kita menjabarkan tiori dan
proses dalam pengolahan data maka untuk permodelan pada gravity sangat
bergantung pada koreksi data lapangan serta tingkat akurasi peralatan yang
digunakan.
Untuk
meminimalisir kesalahan interpretasi object maka kita dapat menggunakan Gravity inversion kita dapat mengubah
data anomali menjadi sebuah data structur geology.
4.2.5
Kelebihan
dan Kekurangan Gravity Methode
Dari sekian
banyak meyhode geofisika explorasi maka kita dapat membandingkan method
explorasi dengan menggunakan gravity method dengan method geofisika pada
umumnya. Sehingga dengan mengetahui perbandingan tersebut kita dapat memilih
method yang paling tepat untuk melakukan tahapan investigasi atau study petroleoum.
BAB V
PETROLEUM INVESTIGASI
5.1
Gambaran Umum Petroleoum Investigasi
Petroleoum
investigasi atau lebih dikenal dengan tahapan tahapan dalam dunia perminyakan
yang berkaitan dengan kegiatan explorasi dan exploitasi. Yang pada akhirnya
menjadi sebuah project Plan Of
Development (POD).
Secara garis
besar petroleoum investigasi terbagi menjadi 4 Pokok phase exploration menurut (Magoon and Dow 1994) Yaitu :
1. Sedimentary Basin;
2. Petroleoum System;
3. Play;
4. Prospect
umum petroleoum system sangat memperhatikan aspek
keekonomian, pada tahap penyaringan serta pengolahan data ( Sediment Basin dan Petroleum system)
nilai ke ekonomian tidak terlalu menjadi bahan pertimbangan, akan tetapi ketika
masa memulai explorasi untuk pembuktian cadangan ( Play–Lead, Prospect) maka factor ke ekonomian sangat berpengaruh.
Akan
tetapi seiring perkembangan technology yang di ikuti perkembangan pemikiran,
maka dari 4 Poin diatas berkembang menjadi 7 poin tahapan investigasi 3 poin
tambahan termasuk phase pengembangan lapangan dan produksi, yaitu :
1. Sedimentary Basin;
2. Petroleoum System;
3. Play;
4. Prospect;
5. Delination;
6. Development;
7. Production
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab bagian
akhir dari tulisan ini maka ada beberapa kesimpulan serta saran yang didapat
terkait penjabaran materi pada bab – bab sebelumnya.
± Kesimpulan
secara umum :
a)
Perkembangan methode dan keilmuan
geofisika sangatlah dinamis, ini dibuktikan dengan kemampuan suatu alat yang
dapat memberikan permodelan sangat bervariasi dimulai dari 2 dimensi, 3 Dimensi,
sampai dengan 4 dimensi;
b)
Penentuan Methode geofisika explorasi
yang digunakan sangat tergantung pada data yang diingikan serta kemapuan sebuah
perusahaan untuk mempersiapkan hal tersebut;
c)
Methode Gravity cendrung dipilih untuk
awal explorasi bahkan sampai dengan fase Development & producksi,
dikarenakan memang lebih murah dalam segi biaya, kemampuanya juga tidak kalah
jauh dengan method yang lainya. Akan tetapi juga pastinya memiliki keterbatasan
dan di perlukan komparasi data lainya;
d) Methode
Seismic yang lazim digunakan sangat akurat dan mampu menampilkan 4 D data yang
cukup baik, akan tetapi dari segi biaya relative
lebih mahal. Keunggulannya kita dapa mengetahui permodelan di subsurface real time dan dengan tingkat noise yang rendah;
e) Dalam
7 tahapan investigasi semua method geofisika dapat di applikasikan dengan baik,
serta memberikan kualitas data yang cukup bagus;
f) Untuk
Tahapan Play – Lead – prospect
sangat perlu di perhatikan untuk estimasi kemungkinan atau probability sebuah
lapangan di tinjau dari sisi ekonomisnya.
± Saran
Secara Umum :
o
Perlu pengembangan untuk menggunkan methode
gravity di karenakan nilai ke ekonomian project yang cukup baik dan juga
akurasi yang dihasilkan sudah cukup baik pula.;
o
Perlu dilakukan study kemungkinan sebuah
lapangan ketika lapangan tersebut baru berproduksi sampai masa tertentu,
sehingga kita dapat mengetahuiperformance
dari sebuah lapangan dengan baik.
Untuk detail paper dapat di klik : https://www.academia.edu/20276758/Pengenalan_Applikasi_Methode_Geofisika_Terhadap_Petroleum_Investigasi
Untuk detail paper dapat di klik : https://www.academia.edu/20276758/Pengenalan_Applikasi_Methode_Geofisika_Terhadap_Petroleum_Investigasi
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Bal, Oya Tarhan, and
Ibrahim Kara. "3-D Gravity modeling of basins with vertical prisms:
Application to Salt Lake region (Turkey)." JOURNAL OF THE BALKAN
GEOPHYSICAL SOCIETY, 2010: Vol. 15, No. 1, March 2012.
2.
Bishop, Michele G. SOUTH
SUMATRA BASIN PROVINCE, INDONESIA: THE LAHAT/TALANG AKAR-CENOZOIC TOTAL
PETROLEUM SYSTEM. Open-File Report 99-50-S, Denver, Colorado: Consultant,
Wyoming PG-783, contracted to U. S. Geological Survey, 2001.
3.
Carlsen, G M, A P
Simeonov, and S N Apak. "PETROLEUM SYSTEMS AND EXPLORATION POTENTIAL IN
THE OFFICER BASIN, WESTERN AUSTRALIA." dmp.wa.gov.au. 2002.
http://dmp.wa.gov.au/documents/08_Carlsenetal2002.pdf (accessed Nov 2, 2015).
4.
Glegola, Marcin Albert
. Gravity observations for hydrocarbon reservoir monitoring(Thesis).
Rotterdam: Printed in The Netherlands by Optima Grafische Communicatie, 2012.
5.
Borman, Peter.
"Seismic Signal And Noise." Chapter 4. 1997.
6.
Borman, Peter, and
Domenico Di Giacomo Siegfried Wendt. "Seismic Source And Source
Parameter." In Seismic Source And Source Parameter, Chapter 3.
NMSOP, April 2013.
7.
Carigali, Geofizik.
" Gravity Methode." Course ES 304, Geophysical Prospecting.
Melbourne, Australia: University Of Melbourne, 2004.
8.
Chief Geophysicist
forum. "Geophysical Application-Using Geophysics for Hydrocarbon Reserves
and Resources Classification and Assesment." Chief Of Geophysicist
Forum. 2011.
9.
Claer bout, John F. Fundamental
Of Geophysical Data Processing With Application to Petroleoum Prospecting.
USA, Callifornia: Black Well Scientific Publication, 1985.
10. Deming, David. "Overburden Rock, Temperature, and Heat
flow." In The Petroleoum System-fromsource to trap, by L.B,and
W.G.Dow,eds Magoon, Chapter9. USA: AAPG memoir 60, 1994.
11. Doust , Harry . " The Exploration Play - What Do We Mean
by It?* ." AAPG Convention, Denver, Colorado, February 19, 2010 : Discovery
Article #40486 (2010) .
12. Foulger, G.R, and C. Peirce. "GEOPHYSICAL METHODS IN
GEOLOGY ( Gravity & Magnectic)." Community Durham University.
n.d. https://community.dur.ac.uk/g.r.foulger/Teaching/GG_HandoutsAll.pdf
(accessed November 01, 2015).
13. Francist, Extivanus K. "Metode Gravity Gaya Berat dalam
Eksplorasi Geotermal." academia.edu. n.d.
https://www.academia.edu/12028606/Metode_Gravity_Gaya_Berat_dalam_Eksplorasi_Geotermal
(accessed Nov 01, 2015).
14. Huri, Ahmad Zaman. "Geofisika & Methode Methodenya."
GEOPHY PALACE. December 29, 2013.
http://geophypalace.blogspot.co.id/2013/12/geofisika-dan-metode-metodenya.html
(accessed November 01, 2015).
15. Idral, Alanda. "Penerapan Methode Exploration Geofisika
pada penyelidikan sumber daya mineral & energy." Pusat Sumber Daya
Geologi, 2009.
16. Ishimwe, Donatien. "petroleum systems and elements of
petroleum geology." connect.spe.org. 09 05, 2014.
http://connect.spe.org/blogs/donatien-ishimwe/2014/09/05/petroleum-systems-and-elements-of-petroleum-geology
(accessed Nov 01, 2015).
17. Kearey, Philip, and Ian Hill Michael Brooks. An
Introduction To Geophysical Exploration, third edition. United Kingdom:
Blak well Science, 2002.
18. Ludin petroleoum. "Definition ." Ludin
Petroleoum. 2015. https://www.lundin-petroleum.com/eng/definitions.php
(accessed November 03, 2015).
19. Magoon, B. Leslie, and Wallace G Dow. "The Petroloeum
System." In The Petroloeum System, Chapter 1. USA: AAPG Memoir 60,
1994.
20. Martakusumah, Rocky, and Dkk Wahyu Srigutomo. "Gravity
Analysis for Hidden Geothermal System in Cipanas, Tasikmalaya Regency, West
Java ." World Geothermal Congres . Melbourne, Australia: World
Geothermal Congres 2015, 19 April 2015.
21. Mubarak, Al-Hajeri Matlak, and Mariam Al Saeed. "Basin
and Petroleum System Modeling." Oilfield Review Summer,Schlumberger,
2009: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2.
22. Mussett, A.E. & Khan, M. Geo 4210. "Looking into the
Earth –. An Introduction to Geological Geophysics.( Presentation)." Cambridge.
University Press. 2000. http://www.uio.no/studier/emner/matnat/geofag/GEO4211/h06/undervisningsmateriale/Geophysical_methods.pdf
(accessed October 26, 2015).
23. Oppliger, Gary L. "Oppliger GEOL 493." University
of Nevada. n.d.
http://crack.seismo.unr.edu/ftp/pub/louie/class/492/oppliger/Gravity_glo-jnl.ppt.pdf
(accessed October 20, 2015).
24. PANKHURST, R J, and et al. Sumatra: Geology, Resources and
Tectonic Evolution . GEOLOGICAL SOCIETY MEMOIRS NO. 31 , London: THE
GEOLOGICAL SOCIETY , 2005.
25. Peterson, Blake. Spectrum Analysis Basics Application Note
150. Agilent Technologies, 2014.
26. Scales, John A, and Sven Tritel MArtin L. Smith. Introductory
Geophysical Inverse Theory. Colorado: The Samizdat Press, Collorado School
Of Mines, 2001.
27. sismanto, Geofisika UGM. "Geofisika bagian dari Geosains
dalam Eksplorasi sumber daya alam." Pertemuan Ilmiah XXV HFI.
Jateng, DIY: ISSN 0853-0823, n.d.
https://repository.ugm.ac.id/91931/1/Paper%202011%20no%202.pdf.
28. Slatt, Roger M. Stratigraphic ResevoirCharacterization For
Petroleoum Geologis,Geophysicist and Engineer. Amsterdam: Elsevier, 2006.
29. SPE. Guidelines for the Evaluation of Petroleum Reserves
and Resources. America: Society of Petroleum Engineers, 2001.
30. Sumantri, R. Plan Of Development. Jakarta: Trisakti
University, 2005.
31. Supriyanto. Analisa Data Geofisika: Memahami Tiori
Inversi, Edisi I. Depok: Department Fisika -FMIPA, Universitas Indonesia,
2007.
32. Widianto, Eko. "Geofisika Exploration." Lecture
Presentation, FTKE, Trisakti University, 2015.
33. Wikipedia. "Wikipedia." Gravity. September
2015. https://en.wikipedia.org/wiki/Gravity (accessed November 01, 2015).
34. Yamamoto, Aikihiko. "Estimating the Optimum Reduction
Density for Gravity Anomaly : A Theoretical Overview." November 30, 1998:
Journal of the Faculty of Science, Hokkaido University.
35. Yusuf, A; M. Romli. Batuan Inti Penyimpan Minyak Dan Gas
Bumi. Jakarta: LEMIGAS, 2012.
Pemikiran tentang :
teknik geology
0 Tanggapan Teman ?:
Posting Komentar