Penelitian lain manfaat laut

Hati-hati Soal Laut
Fungsi Lebih sebagai Pelepas Karbon



Jakarta, Kompas - Indonesia sebaiknya jangan gegabah mengajukan laut sebagai
salah satu
jawaban menghadapi persoalan perubahan iklim. Dikhawatirkan,
nantinya justru Indonesia yang akan dirugikan karena sifat lautnya adalah
sebagai pelepas karbon dioksida.

Demikian antara lain salah satu kesimpulan dalam diskusi terbatas bertajuk
”Menguak Mitos Laut Indonesia sebagai Penyerap Karbon” yang diadakan oleh
organisasi lingkungan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Kamis
(26/11) di Jakarta.

”Indonesia jangan gegabah memasukkan laut sebagai salah satu faktor yang
dapat memecahkan persoalan pemanasan global, apalagi menyebutkan laut di
Indonesia bisa menyerap karbon,” ujar Sekretaris Jenderal Kiara Riza
Damanik.

Dia khawatir, jika diteruskan, bukan tidak mungkin justru Indonesia yang
nantinya dirugikan. Jika laut dimasukkan dalam skema perdagangan karbon,
”Bisa-bisa kita yang malahan harus membayar,” lanjutnya.

Kesimpulan tersebut muncul seusai pemaparan berjudul Carbon Cycling in the
Indonesian Seas oleh ahli lingkungan Alan F Koropitan, yang meraih gelar
doktornya di Hokkaido University, Jepang.

Peran laut sebagai penyerap atau pelepas karbon telah satu dekade menjadi
perdebatan di dunia ilmu pengetahuan. Hasil penelitian terakhir yang menjadi
pamungkas adalah hasil penelitian Arnold Gordon.

Alan yang secara khusus melakukan penelitian di Laut Jawa dengan jernih
memaparkan berbagai faktor yang memengaruhi laut untuk kemudian apakah
menjadi pelepas atau penyerap karbon.

Menurut dia, melalui pemaparannya, perdagangan karbon dari laut adalah tidak
memadai, terutama bagi Indonesia, karena laut Indonesia berada di kawasan
tropis yang memiliki temperatur tinggi (29 derajat celsius-30 derajat
celsius).

”Yang berpotensi menyerap karbon adalah laut di subtropis bagian selatan,
yang lebih dingin,” kata Alan, yang juga menjadi dosen pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Di Indonesia hanya
Teluk Lombok yang menyerap karbon, itu pun hanya 8 part per million, diukur
pada tahun 1984. ”Angka yang amat kecil,” ujarnya.

Pada laut dengan temperatur tinggi terjadi upwelling (arus ke atas) yang
mengakibatkan karbon terlepas ke atmosfer. Secara total, menurut Alan,
mengutip penghitungan Takahashi, laut adalah pelepas karbon.

Karena kondisi tersebut, Alan mengusulkan, antara lain, Indonesia harus
lebih memerhatikan marine ecosystem under global warming (mengamati
perubahan ekosistem laut akibat pemanasan global), mengatur tata kelola
pesisir laut terkait populasi, serta lebih memberikan perhatian pada
pengembangan energi baru dan terbarukan dari energi pasang surut.

”Karena di Indonesia banyak teluk, pasang surutnya dapat digunakan sebagai
sumber energi,” ujarnya. (ISW)

Sumber:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/28/0349159/hati-hati.soal.laut

Pemikiran tentang :

0 Tanggapan Teman ?:

Posting Komentar

Timeliness....

Search on blog

Translate

Forecast Weather

Rupiah Exchange Rates ( IDR )

Rush hour Blog

Fight To our Earth....Go green

Brighter Planet's 350 Challenge
NonCommercial,Nonprofit. Diberdayakan oleh Blogger.