Jakarta Terancam Banjir Permanen 25 persen APBD DKI senilai Rp 21 triliun
digunakan untuk pemulihan banjir.
*
JAKARTA *末 Jakarta terancam menjadi kota banjir permanen. Banjir yang
menghantui Jakarta setiap lima tahun ini, bisa menjadi lebih serius di
tahun-tahun mendatang.
Kemungkinan besar pada 2012 mendatang, separuh wajah Jakarta di utara akan
benar-benar terendam habis,'' ujar Direktur Lingkungan Hidup Perkotaan
Institute Hijau Indonesia, Selamet Daroyni, Senin (31/8).
Menurut Selamet, banjir permanen di Jakarta ini sangat mungkin terjadi,
mengingat peliknya permasalahan penyebab banjir yang bertumpuk di Jakarta.
''Alih fungsi lahan daerah resapan dan tangkapan air, pemberian izin
mendirikan bangunan (IMB) tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekologis.
Belum lagi, buruknya sistem drainase, ketiga hal ini saja sudah menjadi
penghalang utama air untuk bergulir ke laut dan terserap tanah.'' papar
Selamet.
Selain itu, menurut Selamet, permasalahan sampah dan reklamasi sepanjang
pesisir pantai utara Jakarta juga berpengaruh besar pada bercokolnya banjir
di kota. ''Produksi sampah di Jakarta seharinya lebih dari 6.000 ton, dari
angka ini, 28 persennya terbuang ke selokan dan sungai,'' tuturnya. Inilah
penyebab utama mampatnya saluran air dan pendangkalan dasar sungai,
menyebabkan air tidak ada pilihan lagi selain harus menggenangi permukaan.
"Ada ketidakseriusan Pemprov DKI dalam menangani rencana tata ruang wilayah
(RTRW) untuk mengatasi banjir," ujar Selamet lalu mencontohkan,
ketidakseriusan penanganan itu terlihat saat banjir besar melanda tol pada
2007 lalu. Problemnya terletak pada minimnya ruang terbuka hijau (RTH) dan
lahan mangrove sebagai pencegah abrasi pantai. Saat itu, Pemprov DKI malah
memutuskan meninggikan tol dengan memangkas mangrove. Begitu pula saat
pembuatan jalur busway dengan mengorbankan jalur hijau Sudirman-Thamrin
karena diklaim milik Dishub DKI.
"Tak ada sinergitas antardinas," ungkap Selamet. Padahal, sekitar 25 persen
APBD DKI senilai Rp 21 triliun atau setara Rp 7 triliun digunakan untuk
pemulihan banjir. Selamet menyarankan pemprov agar melakukan political will
untuk perencanaan pembangunan yang tanggap darurat. Begitu pula dengan audit
perizinan pembangunan gedung-gedung yang perlu ditegakkan.
Hampir senada, Ketua Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan UI, Rudy
Tambunan, menilai, Jakarta tak akan bebas dari gangguan banjir dan genangan
air pasang laut tahunan. Ini karena Jakarta terletak di lingkungan buatan di
zona endapan. Maka, untuk memenuhi tampungan air musim hujan yang mencapai
650 mm per hari harus menerapkan teknologi sistem polder. Namun, pembangunan
banjir kanal dianggapnya belum mampu mengatasi seluruh masalah banjir. Yang
diperlukan adalah teknologi resapan dan tangkapan air hujan.
*
Penanganan sampah*
Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI, Budi Widiantoro, berkata akan fokus pada
penanganan sampah jelang musim hujan. Karena itu, pada tahun 2009 ini, Dinas
PU DKI Jakarta telah membuat kontrak pembersihan kali di DKI Jakarta dengan
sebuah perusahaan. "Nama kontraknya cleaning service sampah kali di Jakarta.
Perusahaan tersebut selalu membersihkan sampah di kali," kata Budi.
Ini dilakukan lantaran penumpukan sampah yang terjadi di sejumlah kali mulai
mengkhawatirkan. Sedikitnya 76.383 meter kubik sampah diangkut setiap hari
dari sejumlah kali yang mengalir di DKI.
Sampah-sampah itu diangkat dari sejumlah saringan sampah otomatis yang
dipasang di 14 lokasi. Di antaranya adalah saringan sampah otomatis Pluit
sebanyak 7.499 meter kubik per hari, saringan sampah otomatis Teluk Gong
sebanyak 5.116 meter kubik per hari, dan saringan sampah otomatis Palmerah
sebanyak 9.137 meter kubik per hari. Selanjutnya, saringan sampah otomatis
Kali Cideng dan Kuningan sebanyak 2.098 meter kubik per hari. Sementara itu,
saringan sampah otomatis Kali Sekretaris sebanyak 3.098 meter kubik. C84/c16
Sumber : http://www.republika.co.id/koran/22/73098/Jakarta_Terancam_Banjir_Permanen
Jumat, September 04, 2009 |
0
Tanggapan Teman ?
Pemikiran tentang :
Pengetahuan Umum
0 Tanggapan Teman ?:
Posting Komentar