Hutan terrluas di jambie

Jambi Segera Miliki Hutan Desa Terluas di Indonesia


TEMPO Interaktif*, *J*ambi – Provinsi Jambi dalam waktu dekat ini
akan memiliki hutan desa terluas di Indonesia. Warga masyarakat 17 desa di
lima kecamatan, Kabupaten Merangin, Jambi, lewat tiga lembaga swadaya
masyarakat, tengah mengusulkan 49.514 hektare untuk dijadikan hutan desa.
Usulan ini sudah diverifikasi pihak Kementrian Kehutanan, dan tinggal
menunggu izinnya keluar.


Hutan tersebut, merupakan kawasan hutan produksi masuk dalam areal penyangga
Taman Nasional Kerinci Sebelat. “Upaya ini kita lakukan untuk memberi
kesempatan kepada masyarakat desa sekitar hutan untuk mengolah sendiri lahan
itu,”, kata Arif Munandar, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi) Jambi, Senin (11/10).

Lahan ini dulunya sudah pernah diajukan sebagai lahan usaha Hutan Tanaman
Industri (HTI) oleh PT Duta Alam Makmur seluas 118.955 hektare, Tetapi
karena alasan tertentu, maka izinnya sudah dibatalkan Kementerian Kehutanan.

Pembatalan tersebut, kata Arif, atas perjuangan masyarakat desa setempat
bersama sejumlah LSM - antara lainnya Walhi dan KKI Warsi, karena bila lahan
tersebut dikelola swasta, dikhawatirkan penebangan hutan akan merambah ke
kawasan taman nasional.

Robert Aritonga, dari KKI Warsi mengatakan, masyarakat sekitar hutan
menjamin tidak akan merambah kawasan taman nasional, karena terbukti sejak
dulu hingga kini masyarakat desa sekitar malah ikut melindungi perusakan
kawasan itu.

SYAIPUL BAKHORI

Pemikiran tentang :

Bencana hutan produksi

BENCANA EKOLOGIS: Taman Nasional Jadi Hutan Produksi

MAKASSAR, KOMPAS - Bencana banjir mengancam Kota Gorontalo,
Provinsi Gorontalo, jika rencana alih fungsi hutan konservasi di Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone jadi terwujud. Alih fungsi itu berupa
pelepasan 22.065 hektar dan perubahan fungsi 15.024 hektar hutan taman
nasional tersebut menjadi hutan produksi.

Pemerhati lingkungan yang juga mantan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Prof Dr
Hasan Abbas Nusi, Jumat (8/10), mengatakan, alih fungsi hutan konservasi
menjadi hutan produksi bakal mengganggu areal tangkapan hujan di Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Langkah ini berpotensi memperparah
banjir di Kota Gorontalo yang selalu terjadi setiap kali hujan turun.

Ia juga mencemaskan ancaman limbah pertambangan emas yang akan mencemari dua
sungai besar yang mengalir ke Kota Gorontalo, yaitu Sungai Bolango dan
Sungai Tamalate. Rencana pemanfaatan hutan produksi menjadi kawasan
pertambangan emas tertera dalam peta Blok Kontrak Karya dan Kuasa
Pertambangan Provinsi Gorontalo.

*Tidak tepat*

Kebijakan alih fungsi dinilai tidak tepat karena kawasan itu memiliki
kemiringan lereng 40 derajat dan sebagian kawasan berketinggian di atas
2.000 meter di atas permukaan laut.

Dengan curah hujan rata-rata lebih dari 175 milimeter, areal ini termasuk
kawasan hutan lindung sesuai Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung. Oleh sebab itu, Hasan mendesak pemerintah
membatalkan rencana pelepasan hutan di Gorontalo.

Perencana tata ruang di sejumlah daerah pemekaran, Danny Pomanto,
mengingatkan, alih fungsi hutan mengancam sejumlah spesies flora dan fauna
endemik yang ada di TNBNW. Dalam taman nasional seluas 287.115 hektar ini
terdapat 24 jenis mamalia, 125 jenis burung, 11 jenis reptilia, serta
sejumlah satwa dan flora khas TNBNW.

Ketua Tim Terpadu Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo
Budi Prihanto berkilah, rekomendasi alih fungsi lahan sebagai upaya untuk
membenahi kawasan yang sudah rusak akibat perilaku penambang emas liar.
(RIZ)

Pemikiran tentang :

Konflik pembiasan lapindo....

Pakar Bantah Ilmuwan Rusia: 90 Persen Yakin Semburan Lapindo Akibat Pemboran

Pakar geomekanik dan perminyakan Mark Tingay dari Australian School of Petroleum, Universitas Adelaide, Australia, membantah kajian ilmuwan Rusia, Sergey V Kadurin, yang menyimpulkan lumpur Lapindo disebabkan gempa bumi. Menurut Tingay, kajian Kadurin gagal membuktikan bagaimana gempa Yogyakarta bisa memicu semburan lumpur Lapindo.

“Laporan (Kadurin dkk.) tersebut tidak memiliki data riil apa pun, dan data kecil yang mereka tunjukkan itu cacat,” kata Tingay seperti dikutip The Australian, Senin (11/10/2010)

Mark Tingay telah lama mengkaji kasus lumpur Lapindo dan bersama Richard Davies dari Universitas Durham, Inggris, dan sejumlah ilmuwan lain telah mempublikasikan hasil risetnya, “The East Java mud volcano (2006 to present): An earthquake or drilling trigger?)” diterbitkan Earth and Planetary Science Letters 2008. Temuan kajian ini menyatakan lumpur Lapindo dipicu oleh aktivitas pemboran

Temuan tersebut diperkuat lagi dengan kajian baru yang dirilis pada Februari 2010. Dalam “The Lusi mud volcano controversy: Was it caused by drilling?” yang diterbitkan Marine and Petroleum Geology, Februari 2010, itu Tingay dan Davies menunjukkan bukti-bukti baru yang memperkuat kesimpulan bahwa pemicu lumpur Lapindo tak lain adalah kegiatan pemboran

Karena itu, Tingay membantah keras kesimpulan Kadurin yang diumumkan di Jakarta, 1 Oktober lalu, dan mendapat perhatian luas media-media di Indonesia. Bagi Tingay, kajian ilmuwan Rusia itu lemah

“Menurut pendapat saya, berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang sudah saya lakukan, gempa tidak bisa memicu semburan lumpur Lapindo. Dan kita 90 persen yakin, bahkan kolega-kolega saya 99 persen yakin, semburan ini terkait dengan kecerobohan pemboran,” ujar Tingay. (ba)

Sumber : http://korbanlumpur.info

Pemikiran tentang :

Timeliness....

Search on blog

Translate

Forecast Weather

Rupiah Exchange Rates ( IDR )

Rush hour Blog

Fight To our Earth....Go green

Brighter Planet's 350 Challenge
NonCommercial,Nonprofit. Diberdayakan oleh Blogger.